
Ditulis oleh :Tanty Herida dan Ramadhaniati*
Tahun 2024 menjadi tonggak sejarah bagi Sumatera Barat dengan terpilihnya Annisa Suci Rahmadani dan Leli Arni sebagai Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Dharmasraya. Peristiwa ini tidak hanya mencatatkan rekor baru dalam politik lokal, tetapi juga menandai kebangkitan kepemimpinan perempuan di ranah Minang. Sebagai wilayah yang identik dengan budaya matrilineal, Sumatera Barat telah lama memposisikan perempuan di pusat struktur sosial. Namun, representasi perempuan dalam politik hingga kini masih minim.
Sistem budaya Matrilineal di Ranah Minang menempatkan perempuan sebagai pewaris adat dan harta pusaka. Namun, dalam ruang politik, dominasi laki-laki sering kali menghambat perempuan untuk berpartisipasi aktif. Terpilihnya Annisa dan Leli menjadi momentum penting untuk mematahkan stereotip ini. Mereka tidak hanya memimpin sebagai figur politik tetapi juga menjadi simbol gerakan perempuan yang lebih luas di Sumatera Barat.
Dalam budaya Minang, perempuan memiliki peran sentral dalam urusan adat dan keluarga. Namun, nilai-nilai ini belum sepenuhnya diterjemahkan ke dalam ruang publik dan politik. Kemenangan Annisa dan Leli mencerminkan penerimaan masyarakat terhadap kepemimpinan perempuan sebagai bagian dari modernisasi tanpa mengabaikan nilai-nilai tradisional. Ini menunjukkan bahwa perubahan sosial sedang terjadi di ranah Minang, di mana perempuan kini mulai diakui sebagai pengambil keputusan strategis.
Kepemimpinan perempuan sering dikaitkan dengan sensitivitas terhadap isu-isu sosial. Annisa dan Leli, melalui program-programnya, telah menyoroti isu penting seperti pencegahan perkawinan anak, pemberdayaan perempuan, dan perlindungan kelompok rentan. Kebijakan inklusif ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan masyarakat tetapi juga memperkuat legitimasi kepemimpinan perempuan di Sumatera Barat.
Kemenangan ini telah memotivasi komunitas perempuan lokal untuk lebih aktif mengorganisir diri. Organisasi seperti Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI), Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Perempuan (LP2M), Perempuan Kepala Keluarga (Pekka), Forum Komunitas Perempuan Akar Rumput (FKPAR), dan Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) wilayah Sumatera Barat dapat memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat jaringan dan advokasi bersama. Annisa dan Leli juga menjadi inspirasi bagi generasi muda perempuan untuk mengejar posisi strategis, menunjukkan bahwa perubahan nyata dapat dicapai melalui keterlibatan aktif dalam politik.
Tantangan & Harapan
Meskipun ada kemajuan, resistensi terhadap kepemimpinan perempuan masih menjadi tantangan, baik dari segi budaya maupun sistem politik. Ekspektasi tinggi terhadap Annisa dan Leli untuk memberikan hasil nyata dalam waktu singkat menjadi beban tambahan. Oleh karena itu, integrasi kebijakan progresif dengan nilai-nilai adat memerlukan pendekatan yang hati-hati agar diterima luas oleh masyarakat.
Strategi untuk mengatasi tantangan ini meliputi: Peningkatan pendidikan politik bagi perempuan agar lebih banyak yang terlibat dalam proses politik; Kolaborasi dengan lembaga adat dan agama untuk mendukung penerimaan masyarakat terhadap kepemimpinan perempuan; Penguatan Jaringan Gerakan Perempuan untukmendorong kerja sama antar organisasi perempuan untuk menciptakan dukungan kolektif bagi kebijakan inklusif.
Kemenangan Annisa Suci Rahmadani dan Leli Arni tidak hanya menjadi pencapaian besar dalam sejarah gerakan perempuan di Sumatera Barat tetapi juga sebagai katalis untuk perubahan budaya yang lebih luas. Dengan kepemimpinan yang kuat dan kebijakan yang inklusif, mereka memiliki potensi besar untuk membawa perubahan signifikan tidak hanya di Dharmasraya tetapi juga di Sumatera Barat secara keseluruhan. Momentum ini harus dijaga agar menjadi langkah awal menuju kesetaraan gender dalam kepemimpinan di Ranah Minang dan Indonesia.
Kebangkitan ini adalah bukti bahwa perempuan Minang, dengan warisan matrilineal mereka, dapat memimpin dan membawa perubahan yang berarti. Dengan menjaga semangat dan kolaborasi, masa depan kesetaraan gender di Sumatera Barat akan semakin cerah.
* Aktivis Perempuan yang beraktivitas di Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2M)
Leave a comment