Judul Artikel: Construction of women in media: A critical discourse analysis on violence against women in newspaper
Penulis: Hari Bakti Mardikantoro, Imam Baehaqie & Muhammad Badrus Siroj
Publikasi: Cogent Arts & Humanities, 9:1, 2146927, DOI: 10.1080/23311983.2022.2146927
Peresensi: Ka’bati
Analisis wacana menyelidiki kelompok sosial yang bertarung melalui bahasa. mengungkapkan hal-hal yang tersembunyi dari sebuah wacana yang hanya dapat dilihat melalui analisis mendalam yaitu melalui analisis wacana kritis. Analisis wacana kritis menurut Van Dijk (1986) adalah suatu pendekatan studi tentang teks dan ujaran, yang muncul dari linguistik kritis, semiotika kritis dan secara umum dari sosio-politik dan merupakan cara yang berbeda untuk menginvestigasi bahasa, wacana, dan komunikasi. Dengan pendekatan teori analisis wacana kritis kita dapat melakukan kritik sosial di dalam masyarakat terutama untuk kajian gender dan perlakuan terhadap kaum yang termarginalkan. Sebuah wacana juga dapat berisikan kritik terhadap posisi perempuan di dalam masyarakat yang tergambar melalui wacana yang ditulis. Penggambaran bagaimana posisi perempuan dan laki-laki merupakan salah satu aspek yang menarik untuk diteliti dengan konsep analisis wacana kritis. Dominasi laki-laki dalam sistem patriarki menggambarkan dominasi laki-laki terhadap perempuan dari segi kehidupan dan tubuhnya Dominasi ini menjadi aturan standar dari karakteristik ideal laki-laki dan perempuan. Artikel ini salah satu contoh yang baik bagaimana analis wacana kritis digunakan untuk melihat konstruksi perempuan di media.
Artikel yang direview ini mencoba menganalisis konstruksi tekstual, praktik diskursif, dan praktik sosiokultural kekerasan terhadap perempuan dalam beberapa surat kabar di Indonesia dengan menggunakan metode kepustakaan, observasi, dan pencatatan untuk mengumpulkan data lalu melakukan penganalisisan data dengan menggunakan teori analisis wacana kritis. Pendekatan teori ini diilih untuk melihat bagaimana kekerasan terhadap perempuan direpresentasikan secara diskursif dalam surat kabar yang dipilih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) surat kabar di Indonesia mengkonstruksi berita dengan menggunakan kalimat aktif untuk menjelaskan kasus-kasus kekerasan berbasis gender secara rinci dan merepresentasikan bahwa perempuan sebagai korban adalah pihak yang lemah dan penurut; (2) representasi diskursif dalam surat kabar di Indonesia mencakup jaringan institusional yang meliputi wartawan, editor, direktur, dan penerbit yang menentukan pembingkaian berita; (3) konteks sosio-kultural di luar media turut memengaruhi bagaimana representasi diskursif dibingkai. Konstruksi wacana media tentang kekerasan berbasis gender menggambarkan perempuan sebagai pihak yang lemah dan menjadi korban.
Dari artikel ini diketahui bahwa analisis wacana kritis tidak hanya tentang memeriksa internal dan eksternal wacana tertentu, tetapi juga motif ideologis lain dan hubungan kekuasaan dalam masyarakat (Dijk, 1987; Mardikantoro, 2014; Mills, 1997; Subagyo, 2012). Penelitian ini menggambarkan konstruksi perempuan dalam wacana kekerasan terhadap perempuan melalui lensa analisis wacana kritis dengan tujuan untuk mengevaluasi cara surat kabar Indonesia menyusun berita mereka untuk menjelaskan secara rinci kasus-kasus kekerasan berbasis gender dan untuk menyatakan bahwa perempuan sebagai korban lemah dan tunduk; menganalisis representasi diskursif di surat kabar Indonesia dalam membingkai berita mereka tentang kekerasan berbasis gender dan menganalisis konteks sosial budaya di luar surat kabar Indonesia.
Riset dilakukan dengan tiga tahap analisis dalam melihat wacana, yaitu teks, praktik wacana, dan praktik sosiokultural. Ketiga tahap analisis tersebut berguna untuk mengungkap sikap dan ideologi surat kabar terhadap posisi perempuan di surat kabar. Metode ini mengedepankan analisis komprehensif, kontekstual, dan bertingkat yang dapat dilakukan dengan menempatkan diri sebagai partisipan dalam proses transformasi sosial. Ada tiga fokus analisis, yaitu, sesuatu yang dibahas oleh pembicara, korelasi wacana dan konteksnya yang dirasakan oleh pendengar, penerima, dan penerima, maksud wacana. Dengan kata lain, menghubungkan wacana dengan konteksnya menandakan analisis pragmatis wacana
Pengumpulan data dilakukan dalam tiga tahap, yaitu deskripsi data, interpretasi data dan penjelasan. Pertama, deskripsi data berarti kita mendeskripsikan data dalam bentuk wacana berita di surat kabar berbahasa Indonesia. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dari artikel berita pilihan tentang kekerasan terhadap perempuan yang diambil dari surat kabar Indonesia, terutama Kompas dan Republika (surat kabar nasional), dan Jawa Pos dan Suara Merdeka (surat kabar lokal). Koran-koran ini dianggap mewakili surat kabar nasional di Indonesia karena liputan dan profil langganan mereka. Proses pengumpulan data dilakukan selama dua bulan untuk memastikan bahwa data bervariasi dan memadai. Kedua, interpretasi data yang memungkinkan kita menafsirkan fragmen wacana berita di surat kabar berbahasa Indonesia yang diduga memuat berita kekerasan terhadap perempuan). Kemudian terakhir, tahap penjelasan adalah langkah dimana kita menjelaskan pembacaan kritis terhadap data berupa penggalan wacana berita di surat kabar.
Statemen atau tesis dari artikel ini adalah bahwa di media massa, kekerasan terhadap perempuan mendapat perhatian yang lebih besar. Namun, praktik diskursif kekerasan terhadap perempuan tetap menjadi bidang yang kurang diteliti. Dengan menggunakan analisis wacana kritis, para peneliti menemukan bahwa surat kabar Indonesia membangun berita mereka dengan menggunakan suara aktif untuk menjelaskan kasus-kasus kekerasan berbasis gender yang terperinci dan untuk menyatakan bahwa perempuan sebagai korban lemah dan patuh. Konstruksi wacana media tentang kekerasan berbasis gender menggambarkan perempuan sebagai lemah dan cenderung selalu berada diposisi sebagai korban. Studi ini berkontribusi mengungkap marjinalisasi perempuan yang terus berlanjut di media, terutama konstruksi kekerasan terhadap perempuan di surat kabar. Karena pengaturan kontekstual tentang bahasa Indonesia dan kekhususan tata bahasa bahasa Indonesia, penelitian ini terbatas untuk membahas kasus bahasa Indonesia yang tercermin dalam bahasa Indonesia. Tulisan ini juga menyarankan agar penelitian serupa dilakukan dalam konteks regional dan global yang lebih luas guna menemukan wacana alternatif yang menantang narasi dominan tentang kekerasan terhadap perempuan. ***
Leave a comment