Home Padusipedia Teori ‘Illat
Padusipedia

Teori ‘Illat

Share
Share

Judul Artikel: INTEGRASI PARADIGMA: USUL FIQH & HERMENEUTIKA
Penulis: Norfazila Binti Hassan, Anwar Fakhri Omar & Mazlan Ibrahim
Publikasi: https://www.academia.edu/download/36821444/PENERBITAN_NORFAZILA.pdf
Peresensi: ka’bati

Metode ta’lili ialah mencari makna objektif sebuah nas, kemudian dihubungkan dengan permasalahan yang baru atau dikenali sebagai illat melalui metode al-Qiyas. Penentuan dan pemilihan illat mestilah berdasarkan kepada kriteria-kriteria tertentu. Contohnya, illat kebenaran berbuka puasa bagi musafir adalah perjalanan. “Perjalanan” merupakan alat ukur yang jelas, global, kukuh dan dapat dikenal secara pasti sifatnya untuk dijadikan sebagai illat. Sekiranya, para ulama menjadikan “kesusahan”sebagai illat untuk musafir berbuka puasa, ukuran tersebut tidak bisa berlaku umum karena tahap kesusahan setiap individu itu berbeda antara satu sama lain. ‘Illat berbeda dengan hikmah. Hikmah ialah kemaslahatan yang diharapkan ada bersama-sama dengan penetapan hukum, meskipun kemaslahatan yang dimaksudkan belum wujud secara hakiki. Sifat illat menurut para ahli meliputi, pertama, illat adalah sifat yang ada pada nas yang asal. Kedua, illat merupakan tema yang menghubungkan hukum dalam nas dengan masalah yang baru. Ketiga, illat boleh diaplikasi dengan permasalahan yang baru. Keempat, kesan tersebut tidak bersifat kebetulan, namun disebabkan oleh pembuat hukum syarak (Miftahul Huda 2006).

Artikel yang direview ini membicarakan tentang pembaharuan metodologi hukum syarak yang ditawarkan oleh Islam Liberal dan mengundang pelbagai kontroversi dalam disiplin ilmu fiqh. Kerangka kajiannya  melibatkan perubahan fiqh secara besar-besaran dan menantang tahap kematangan bidang hukum fiqh yang selama ini telah dianggap beku dan standar dalam menangani problem-problem kontemporer. Salah satu ide dalam tulisan ini ialah menilai semula konsep nas Qot’i yang ternyata sudah jelas dan dianggap tidak perlu dipertikaian. Karena anggapan ini, timbul persoalan berkenaan nilai-nilai Qoti’i baru yang ingin mereka (kaum liberal) perkenalkan dan sumbangkan dalam bidang pengistinbatan hukum. Untuk itu yang menjadi objektif kajian dari tulisan ini adalah metode istinbat gaya Islam Liberal dan membandingkannya dengan dengan Ulama Fiqh Klasik. Kajian ini merupakan kajian kualitatif dengan melakukan analisis terhadap dokumen-dokumen hukum dan pemikiran tokoh.

Artikel ini melihat bahwa berdasarkan pada metode-metode yang digunakan oleh Islam Liberal dalam istinbat hukum, terungkap bahawa keduanya mempunyai pandangan sendiri tentang nas Qoti’i, walaubagaimanapun, konsep pemikiran liberal dilihat bertentangan dengan kaedah metodologi pengistinbatan hukum syarak seperti yang telah disepakati oleh para ulama. Contohnya pada pendekatan gender.

Untuk melihat metode ‘Illat dari perspektif gender, penulis artikel memakai pemikiran Riffat Hassan sebagai bandingan. Rifat Hasan merupakan salah seorang pelopor dalam pentafsiran gender. Pentafsiran yang ditawarkan oleh Rifat berasaskan prinsip keadilan antara lelaki dan wanita. Oleh karena itu, metode historis-kritis kontekstual merupakan inisiatifnya untuk merombak semula pentafsiran ulama klasik yang didakwa tidak menepati konsep keadilan yang diinginkannya.

Metodologi yang ditawarkan Rifat Hasan dalam ‘Illat Gender adalah seperti berikut;  pertama, melihat sesuatu makna bahasa tersebut berdasarkan penggunaannya pada zaman sejarah untuk mengenali dengan pasti maksud sebenar berdasarkan konteks masyarakat sejarah pada waktu itu. Kedua, melakukan pengujian kepada pentafsiran-pentafsiran yang telah ada. Ketiga, mengambil makna umum atau prinsip objektif yang sesuai dengan perintah keadilan atau “justice of god”.  Ini merupakan satu pentafsiran yang dianggap otoritatif jika selaras dengan prinsp-prinsip keadilan tetapi akan batal jika terjadi sebaliknya.

Artikel ini menyimpulkan bahwa metode-metode yang ditawarkan oleh Islam Liberal menurut penulis artikel mempunyai hubungan yang erat dengan wacana falsafah yang mereka anut. Islam Liberal memperjuangkan falsafah relativisme. Menurut mereka, produk akal selalu dipengaruhi oleh kemungkinan akan  kebenaran dan kesalahan. Berangkat dari asumsi seperti ini maka mereka berupaya untuk merombak idea-idea ulama klasik, karana dianggap sangat terpengaruh oleh pandangan bahwa kebenaran dan kesalahan termasuk nas Qoti’i.

Share

Leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Articles
Padusipedia

Teori Analisis Wacana Kritis

Judul Artikel: Construction of women in media: A critical discourse analysis on...

Padusipedia

Teori Genealogy

Judul Artikel:   Genealogy, gender, and memory culture in late medieval Sweden: the...

Padusipedia

INTERPRETIVE GEERTZ

Judul: The Act of Listening to “Battered” Women: An Ethnographic Comparison of...

Padusipedia

Teori Hegemoni

Judul Artikel   : Small Hands, Nasty Women, and Bad  Hombres: Hegemonic Masculinity...